1.
Pengertian
Kanker
Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika
sel abnormal diubah oleh mutasi genetik DNA seluler (Smeltzer, 2002).
2.
Etiologi
kanker
Sampai
saat ini, masih menjadi perdebatan mengenai penyebab seseorang mengidap kanker.
Yang sudah diketahui ialah bahwa kanker disebabkan oleh banyak faktor dan berkembang
dalam waktu bertahun-tahun. Berikut adalah faktor-faktor yang paling banyak
menyebabkan timbulnya kanker :
1)
umur
2)
tembakau
3)
sinar matahari
4)
zat-zat kimia
5)
infeksi virus dan bakteri
6)
diet, kegemukan dan kurang gerak
7)
alkohol
8)
hormon
9) riwayat keluarga
3.
Komplikasi
Kanker
Kanker berbahaya saat menyebar dan akan
merusak jaringan normal serta mengambil alih zat nutrisi jaringan normal.
Gangguan patologis dapat terjadi akibat pengobatan dan efek sekunder dari
pengobatan. Disfungsi fisiologis yang terjadi akibat kanker diantaranya :
a. Kegagalan
system imun dan hematopoisis
·
Leukemia dan limfoma
·
Kekambuhan infeksi,
anemia, perdarahan
b. Gangguan
Gastrointestinal dan fungsinya
·
Gangguan status nutrisi
·
Kontribusi dari
anoreksia
·
Berkembang kaheksia,
deficit nutrisi
·
Support nutrisi
berkurang akibat pengobatan
c. Deficit
motorik dan sensorik
·
Akibat kanker menyebar
ke tulang dan menekan jaringan saraf
·
Bila ke tulang metastasis
mengakibatkan fraktur, compresi mandibula spinalis, hiperkalsemia
·
Nyeri efek kanker
akibat gangguan tulang, kompresi saraf, inflitrasi jaringan lunak, spasme otot,
lymphodema, peningkatan tekanan intra cranial dan myopathi, nyeri akibat terapi
kanker, immobilisasi serta penyakit muskuluskeletal
d. Penurunan
fungsi respirasi
·
Akibat dari obstruksi
saluran nafas dari tumor, penyebaran jaringan lunak paru, atau blok aliran
darah ke dada dan paru
·
Sesak dan edema paru
4.
Pengobatan
kanker
·
Pembedahan
Pembedahan adalah cara lama yang hingga saat ini
masih digunakan dalam menangani penderita kanker. Namun demikian cara
pembedahan tidak senantiasa memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan dalam
arti penyembuhan misalnya pada penderita yang mengalami metastase, resiko
operasi lebih besar daripada kankernya dan penderita yang cacat pasca bedah.
Pada umumnya pembedahan dilakukan pada penderita-penderita dengan tumor primer
yang masih dini atau pengobatan paliatif dekompresif. Akan tetapi diluar
keganasan hematologi untuk semua penderita kanker seyogyanya berkonsultasi
terlebih dahulu dengan ahli bedah sebelum melakukan tindakan lebih lanjut.
·
Radioterapi
Radioterapi umumnya dilakukan apabila secara
lokal-regional pembedahan tidak menjamin penyembuhan atau bilamana pembedahan
radikal akan mengganggu struktur serta fungsi dari organ yang bersangkutan.
Berhasil tidaknya radiasi yang akan diberikan tergantung dari banyak faktor
antara lain sensitivitas tumor terhadap radiasi, efek samping yang timbul,
pengalaman dari radioterapist serta penderita yang kooperatif. Seperti halnya
pembedahan, radiasipun bisa bersifat kuratif ataupun paliatif misalnya pada
penderita-penderita metastase tulang atau sindroma vena cava superior.
·
Kemoterapi
Pola berpikir dahulu penggunaan kemoterapi adalah
untuk penderita kanker yang sifatnya sistemik seperti leukemia atau penderita
yang mengalami metastase setelah pengobatan primer baik pembedahan maupun
radiasi. Namun demikian saat ini telah banyak diketahui. Bahwa pada penderita
kanker sering terjadi mikrometastase yang timbul secara dini yaitu pada
penderita-penderita kanker payudara yang disertai pembesaran kelenjar aksiler,
pada kanker yang sangat besar serta sistologis mempunyai derajat keganasan yang
sangat tinggi. Disinilah peran tambahan dari penggunaan kemoterapi. Pemberian
kemoterapi dapat pula bersifat kuratif maupun paliatif dan dapat pula berperan
sistemik maupun regional. Kemoterapi paliatif terutama diberikan pada penderita
kanker stadium lanjut yang tujuannya bukan penyembuhan tapi peningkatan
kualitas hidup. Oleh karenanya dalam memberikan kemoterapi paliatif harus
dipikirkan benar-benar dengan mempertimbangkan respect for outonomy (segala
keputusan terletak pada penderita), beneficial (yang kita berikan yakin bermanfaat),
non malificent (yang kita berikan tidak membahayakan) dan justice (bijaksana).
Lama pemberian kemoterapi paliatif berbeda dengan kemoterapi kuratif. Untuk
kemoterapi paliatif evaluasi dilakukan setelah siklus kedua. Bilamana setelah
siklus kedua memberi respon yang baik kemoterapi dapat dilanjutkan hingga 1
tahun. Apabila tidak memberi respon bahkan merugikan (efek samping yang terlalu
berat) perlu dipertimbangkan untuk dihentikan.
·
Pengobatan kombinasi
Hal yang paling sering dijumpai adalah cara
pengobatan kombinasi baik pembedahan, radiasi ataupun kemoterapi. Oleh karena
itu, penanganan kanker yang paling baik adalah bilamana dilaksanakan secara
terpadu antara “surgical oncologist – radiation oncologist – medical
oncologist.
5.
Aspek
Bio-Psiko-Sosial Dalam Penyakit Kanker Stadium Lanjut (IV)
Pengobatan
pada penderita kanker stadium lanjut (IV) mengacu pada prosedur medis yg
diberikan pada penderita kanker, sedangkan penanganan mengacu kepada
pendampingan secara menyeluruh, meliputi aspek medis dan non-medis, yaitu aspek
psiko dan sosial, atau yg biasa disebut dengan aspek bio-psiko-sosial, sesuai
dengan model yang diajukan Angel dalam model biopsikososial yaitu model yang
mencakup faktor psikologi, sosial dan perilaku, pendekatan yang merupakan landasan
ilmiah dalam upaya mengasuh pasien, karena raga yang mengidap penyakit
dipersatukan lagi dengan dimensi psikososialnya yang dapat memperngaruhi
perjalanan penyakitnya, model ini juga membedakan pengertian penyakit
(perubahan struktur jaringan dan organ yang menimbulkan kelainan) dan sakit
(yang dirasakan pasien). Kedua aspek ini harus ditangani karena pasien ingin
bebas dari penyakit dan merasa sehat.
6.
Perawatan
Paliatif Pada Kanker Kronis
a.
Falsafah
Perawatan Paliatif pada kanker kronis
Didasari pada falsafah bahwa setiap
penderita mempunyai hak untuk mendapat perawatan yang terbaik sampai akhir
hayatnya, maka bagi penderita kanker yang penyakitnya tidak berangsur sembuh,
perawatan diberikan untuk mengurangi penderitaanya, sehingga kualitas hidup tetap
dapat dipertahankan dan meninggal dengan tenang dalam imam.
Kanker yang memasuki saat-saat terminal
adalah kanker yang sudah dalam tahap stadium lanjut yang artinya kondisi
fisiknya sudah sangat buruk. Terdapat 4 stadium atau tahapan keganasan penyakit
kanker, yaitu stadium I, II, III, dan IV. Lebih jelasnya, tahapan kanker
terbagi atas stadium Ia, Ib, dan IIa, yang disebut dengan stadium kanker
invasif dini, dan stadium IIb, stadium IIIa-IIIb, dan stadium Iva- IVb atau
stadium kanker invasif lanjut. Dan pasien-pasien yang menjalani perawatan
paliatif ialah pasien ber stadium IVa- IVb atau stadium kanker invasif lanjut.
b.
Definisi
Perawatan Paliatif
Definisi
awal dari Definisi awal dari pengobatan paliatif mulai dikenal di Inggris pada
tahun 1987.
“Palliative
medicine is the study and management of patients with active, progressive,
far-advanced disease for whom the prognosis is limited and the focus of care is
the quality of life.”
(Pengobatan
paliatif merupakan suatu studi dan penanganan terhadap pasien pasien dengan
penyakit yang aktif, progresif dan lama yang mana prognosisnya terbatas dan
fokus perawatannya adalah pada kualitas hidup).
Organisasi
kesehatan dunia atau WHO mendefinisikan perawatan paliatif sebagai berikut:
“Semua
tindakan aktif guna meringankan beban penderita, terutama yang tak mungkin
disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud antara lain menghilangkan nyeri dan
keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan
spiritual”
c.
Tujuan
Perawatan Paliatif
Masih
menurut WHO, tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas
hidup maksimal bagi penderita dan keluarga. Perawatan paliatf tidak hanya
diberikan bagi penderita menjelang akhir hayatnya, namun sudah dapat dimulai
segera setelah diagnosis penyakit (kanker) di tegakkan, dan dilaksanakan bersama
dengan pengobatan kuratif. Lebih lanjut lagi, Organisasi Kesehatan Dunia
menekankan bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar, berikut ini:
1. Meningkatkan
kulaitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses normal
2. Tidak
mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan
nyeri dan keluhan lain yang menganggu
4. Menjaga
keseimbangan psikologis dan spiritual
5. Mengusahakan
agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Mengusahakan
membantu mengatasi suasana duka cita pada keluarga
Sehingga
dari uraian diatas, jelas bahwa pemanfaatan sistem perawatan medis memegang
peranan penting untuk diterapkan dalam prinsip perawatan paliatif.
d.
Peranan
Perawatan Paliatif Penyakit Kanker
Disuatu pusat penanggulangan penyakit kanker,
biasanya penderita terbanyak adalah pasien stadium paliatif. Dianut pengertian bahwa
:
1) Kelanjutan
dan kesinambungan perawatan adalah hal yang sangat penting dan diutamakan. Tim
paliatif harus dikenal oleh penderita dan keluarga, dan berperan sebagai sumber
unformasi dan sumber dukungan mental
2) Nyeri
dan gejala lain dievaluasi secara cermat dan didokumentasi sehingga
perkembangannya dapat dikontrol. Protokol untuk pengawasan perawatan di rumah
diberikan kepada pelaku rawat (care giver)
3) Tim
paliatf harus dapat menganalisis dan menentukan prioritas penyelesaian, bila
ada masalah yang tekait dengan pasien, keluarga, dan upaya medis
4) Perawatan
di rumah penderita harus dipersiapkan dengan matang. Penyuluhan kepada
penderita dan keluarga telah dimulai sejak penderita berkonsultasi dengan pihak
rumah sakit. Tim perawat dan terapis untuk perawatan di rumah segera
dipersiapkan, termasuk jadwal kunjungan rumah. Ikatan antara rumah dakit dengan
penderita di rumah selalu terjalin, lebih baik lagi, bila dokter keluarga
menjadi jembatan dalam ikatan ini
e.
Masalah-Masalah
Sosial Pasien Dan Anggota Keluarga Pasien Dalam Perawatan Paliatif
Hubungan
dengan orang lain, baik itu keluarga maupun teman, memiliki pengaruh yang besar
untuk mengatasi permasalahan tentang penyakit kanker yang menimpa pasien. Tanpa
perlindungan yang cukup, hubungan yang erat membentuk sebuah alat untuk melawan
stress karena penyakit yang dideritanya. Berikut ini adalah masalah sosial pasien
:
1. Masalah dalam hubungan antar pribadi
a. Karena
reaksi pasien terhasap penyakitnya : seperti kecemasan, ketakutan, amarah,
merasa bersalah, depresi, antisipatoris, mengeluh
b. Karena
reaksi orang lain terhadap penyakit pasien : seperti kecemasan, ketakutan,
amarah, merasa bersalah, depresi, antisipatoris, mengeluh
c. Membuat
masalah antar pribadi menjadi lebih buruk dari sebelum sakit
d. Masalah
pernikahan
e. Ketidak-sepakatan
mengenai terapi anti kanker
2. Masalah
Keluarga
Keluarga
dari pasien yang terkena penyakit kanker akan rentan merasakan ketegangan dan
tekanan, baik secara psikis dan fisik. Akan terlihat lebih nyata bila pasien
dirawat di rumah tetapi bisa diseimbangkan dengan penyesuaian diri lebih mudah
setelah kematian pasien dan perasaaan dalam tenang sesuatu yang bermanfaat
dalam merawat pasien di rumah.
a)
Pergantian peran
Kondisi
yang menurun, membuat tugas-tugas yang biasanya pasien dapatkan didalam
keluarga akan digantikan oleh orang lain terutama dalam hal finansial, sehingga
seorang pasien dapat merasa tidak berguna, terisolasi dan depresi
b)
Peran baru
Keluarga
pasien mendapat peran baru dalam merawat pasien di rumah, terutama dalam hal
mengganti baju, keperluan toilet pasien yang sebelumnya diajari oleh
orang-orang yang lebih orofesional sehingga keluarga tentang merasa cemas
apabila ternyata terdapat kesalahan dalam merawat pasien serta tidak dapat
mengantiipasi masalah yang mungkin muncul.
c)
Koping mekanisme bagi yang tidak dapat menyesuaikan diri
Seperti
halnya pasien individual, koping mekanismenya oleh keluarga yang memungkinkan
menderita secar tertutup daripada menguranginya. Sebuah keluarga yang terlalu
melindungi memungkinkan untuk mencoba untuk mem-blok komunikasi dari tim
pelayanan kesehatan, membiarkan pasien dengan kecemasan atau ketidakpastian dan
perasaan terisolasi.
d)
Kelelahan
Kelelahan
secara psikologis dan fisik terjadi berulangkali didalam anggota keluarga
pasien yang tidak mungkin terselamatkan.
3. Peningkatan
Masalah Fisik Dan Psikis Dengan Perkembangan Penyakit
4. Kebutuhan
Finansial Dan Hukum
f.
Faktor-Faktor
Pendukung Dan Penghambat Perawatan Paliatif
Usaha
perbaikan kualitas hidup bagi pasien dan keluarga pasien akan lebih
efektif
dengan adanya :
a) Pengembangan
pusat kegiatan paliatif
b) Pengertian
yang mendalam tentang penggunaan analgetika
c) Pengertian
tentang kebutuhan dari pasien dan keluarga pasien dalam usaha mengatasi keluhan
d) Kesepakatan
bahwa menghilangkan gejala untuk mencapai kualitas hidup yang baik adalah hal
penting pada penderita kanker stadium lanjut
Adapun
hambatan yang sering dijumpai dalam melaksanakan kegiatan paliatif ialah :
a) Tidak
adanya kebijakan dari pemerintah tentang kegiatan paliatif dan bebas nyeri
dalam suatu negara
b) Tidak
adanya pendidikan untuk petugas kesehatan, penentu kebijakan, administrator serta
masyarakat sehubungan dengan kegiatan paliatif
c) Penyalahgunaan
obat bius menyebabkan pengawasan yang ketat akan penggunaan obat tersebut
d) Jumlah
obat yang sangat terbatas terutama di negara yang sedang berkembang (analgetika)
e) Kurangnya
pengetahuan petugas kesehatan tentang obat analgesik
f) Kurangnya
dana untuk penelitian dan pengembangan kegiatan paliatif
g. Ketakutan Akan Kematian
Dan Tahapan Dalam Menghadapi Penyakit Kanker Stadium Lanjut (IV)
Ketika
menengok masa lampau dan mempelajari budaya serta masyarakat kuno, kita akan
terkesan mengetahui bahwa kematian tidak disukai, dan mungkin akan terus
demikian. Pasien yang menjelang ajal harus melalui banyak tahap dalam
perjuangannya untuk menerima penyakit dan kematiannya, kemungkinan selama
beberapa waktu ia menolak berita buruk tersebut dan terus bersikap seolah-olah
ia sehat dan sekuat sebelum ia sakit.
Lebih
jauh lagi berkaitan dengan masalah-masalah psikologis dan sosial yang dihadapi
oleh pasien dengan penyakit terminal, telah mengidentifikasi lima tahap yang
mungkin dilewati oleh pasien penyakit terminal, yang divonis tidak akan hidup
lama lagi, yaitu :
a. Tahap
Kaget
Biasanya
hal ini sudah dilalui oleh penderita penyakit terminal (terminal-ill). Tetapi
adakalanya mereka masih juga “kaget” dan tidak percaya bila diberitahu atau
menyadari kondisi sebenarnya. Dalam situasi ini penderita tampak kebingungan
bahkan yang bersangkutan dapat melakukan segala sesuatu tanpa disadari atau
tampak seperti orang linglung. Kecelakaan mudah terjadi pada saat ini. Adakalanya
orang-orang tertentu ingin menyendiri untuk mengumpulkan energi mental dan
ingin membuat rencana masa depannya.
b. Tahap
Penolakan
Pada
tahap ini penolakan sering terjadi tidak saja pada penderita tetapi juga pada
keluarga. Untuk perawatan yang berkualitas sebaiknya keluarga diberi
penerangan-penerangan yang intensif agar timbul kesadaran dan tidak lari
darikenyataan.
c. Tahap
Amarah
Pada
tahap ini penderita marah-marah dan tidak jarang menyalahkan keluarga, tim
medis bahkan Tuhan atau takdir yang diterimanya. Kondisi yang hipersensitif dan
ledakan emosi tidak jarang menjemukan keluarga bahkan tim medis, yang tidak
jarang diakhiri dengan saling balas-membalas oleh anggota tim.
d. Tahap Tawar-Menawar
Pada
tahap ini tampak sekali penderita berada dalam konflik antar “mengetahui” ajal
mendekat dengan keinginan menyelesaikan tujuan hidup. Dalam fase ini ada juga
perasaan takut sekarat, takut mati dan takut pergi sendirian. Untuk itu
masukan-masukan keagamaan sudah harus diperhatikan.
e. Tahap Depresi
Disini
penderita pasif sekali bahkan ada yang melakukan penelantaran diri bahkan
percobaan bunuh diri. Pada umumnya untuk para Dokter, ini adalah “tanda-tanda”
ajal makin mendekat. Adakalanya dalam keadaan depresi, orangorang ingin
menyendiri untuk mengumpulkan sisa tenaga dan pemikiran membuat keputusan yang
tepat.
f. Tahap
Pasrah
Sebetulnya
bila seseorang mendekati ajalnya maka ia akan sampai ke tahap pasrah. Pada
tahap ini bila ia masih memiliki kekuatan fisik dan kejernihan berpikir maka
masih ada harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Lebih lanjut lagi, Ross
(dalam Zastrow, 1996) mencatat bahwa tidak setiap orang akan mengalami kemajuan
ketika melewati tahap-tahap tersebut, seringkali terjadi perubahan yang amat
tidak diduga dan malah mengalami kemunduran ke tahap sebelumnya. Misalnya,
seorang pasien akan dapat mengatasi tahap penolakan menjadi depresi, menjadi
kegusaran dan kemarahan, dan kembali lagi ke penolakan, kemudian menjadi
tawar-menawar, depresi, dan selanjutnya.
Ketakutan
seorang pasien paliatif stadium lanjut biasanya telah masuk dalam tahapan early
adulthood dan middle age. Terkait dengan tugas perkembangan yang
dimiliki oleh individu itu, maka kematian mendadak seseorang yang berusia
produktif lebih sulit diterima karena tiga alasan:
1. Masyarakat
tidak memiliki waktu untuk menyiapkan diri akan kematiannya.
2. Masyarakat
merasa bahwa kematian mendadak di masa produktif merupakan suatu kesedihan yang
amat sangat sebab orang tersebut belum dapat menikmati hal-hal yang baik dalam
kehidupan.
3. Masyarakat
tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hubungan “penutupan”: masyarakat
mungkin merasa bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk menyelesaikan
konflik antarpribadi yang terjadi antara mereka
7.
Pengelolaan
Nyeri Kanker
·
Batasan
Nyeri
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang
dihubungkan dengan jaringan yang rusak, cenderung rusak, atau segala keadaan
yang menunjukkan adanya kerusakan jaringan.
Data
dari WHO menyebutkan bahwa 2/3 dari penderita kanker akan meninggal karena
penyakitnya dan bahwa dalam perjalanan penyakitnya 45-100% akan mengalami nyeri
yang ringan sampai berat. Dengan bertambah majunya pengobatan kanker, maka
bertambah banyak pula penderita kanker yang berketahanan hidup panjang,
sehingga bertambah pula penderita nyeri yang memerlukan pengobatan. Laporan
dari negara maju 50-80% nyeri kanker tidak mendapat pengelolaan yang adekuat.
Di RSUD Dr.Sutomo 56% penderita kanker disertai rasa nyeri dan 83% belum
mnedapatkan yang adekuat. Sesungguhnya 80-90% nyeri kanker dapat ditanggulangi
jika hal tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur yang dianjurkan oleh WHO.
·
Penyebab
Nyeri Kanker
Nyeri
kanker yang lebih dikenal dengan sindroma nyeri kanker dapat disebabkan oleh
beberapa faktor :
1. Faktor
jasmani yang bisa terjadi akibat :
a. Tumornya
b. Berhubungna
dengan tumornya
c. Pengobatan
tumornya
d. Tidak
langsung dari tumornya maupun pengobatannya
2. Faktor
jiwa yang bisa terjadi akibat :
a. Marah
b. Cemas
c. Depresi
·
Penilaian
Nyeri Kanker
1. Hubungan
antara dokter dan penderita haruslah dijalin sebaik mungkin sehingga penderita
mempunyai kepercayaan penuh terhadap sang dokter. Anamnesis dan pemeriksaan
yang diteliti haruslah dilaksanakan.
2. Percayalah
laporan nyeri dari penderita, walaupun nyeri adalah fenomena subyektif namun
ada cara yang obyektif untuk menilai nyeri misalnya meyeringai, takikardia,
berkeringat dan pucat.
3. Tenanglah
dan dengarkan keluhan penderita dan yakinkan bahwa keluhan tersebut dapat
diobati.
4. Riwayat
nyeri, lokasi, lama, frekuensi, tidurnya, nafsu makan, dan dapatkah
menggerakkan anggota tubuh dengan baik.
5. Obat-obatan
analgetika yang pernah didapat dan berapa lama minum serta berapa dosisnya.
6. Skala
nyeri
Mintalah penderita mengatakan derajat nyerinya.
Tanpa Nyeri Nyeri
hebat
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7. Pemeriksaan
fisik dan neurologik yang teliti
8. Perhatikan
adanya faktor psikologik dan sosial.
9. Pemeriksaan
laboratorium yang diperlukan.
10. Pemeriksaan
foto yang diperlukan.
11. Mengobati
rasa nyeri sementara melengkapi diagnosis.
12. Mencari
penyebab nyeri.
Pada anak-anak terdapat cara tersendiri untuk
menilai rasa nyeri sebab kemampuan anak untuk berkomunikasi tergantung pada
umur dan pengertiannya. Skala nyeri yang dapat dipakai untuk menilai derajat
nyeri pada anak ialah Smiley Analoque
Scale.
·
Pedoman Pengelolaan
Nyeri Kanker
1. Kebijakan
Dasar
-
Nyeri kanker merupakan
keluhan subyektif
-
Makin progresif kankernya
nyeri makin hebat
-
Makin kronis penyebab nyeri
makin kabur
-
Penyebab nyeri multifaktorial
-
Penyebab, jenis, sifat dan
derajat nyeri dapat berubah pada seorang penderita
-
Penderita yang tidak mengeluh
bukan berarti tidak nyeri
-
Nyeri harus dikelola dengan
benar hingga bebas nyeri.
2. Dokter
dan Petugas Kesehatan perlu :
-
Memahami pengertian nyeri
kanker
-
Mendengarkan keluhan
penderita dengan seksama
-
Mempercayai semua keluhan
penderita
-
Meluangkan waktu untuk
menjelaskan masalah nyeri pada penderita dan keluarga.
-
Mampu dan bersedia
pengelolaan nyeri kanker
-
Memahami alternatif
pengelolaan nyeri kanker.
-
Memahami dasar-dasar umum
pengelolaan nyeri kanker dengan menggunakan obat-obat analgesik dan ajuvan.
-
Menyadari
kemungkinan-kemungkinan timbulnya efek samping obat dan mampu menanggulangi
bila keadaan ini benar terjadi.
-
Memahami alternatif tambahan
pengelolaan nyeri kanker dengan cara pembedahan paliatif, radioterapi,
kemoterapi, terapi hormonal serta rehabilitasi medik.
3. Penderita
dan Keluarga perlu :
-
Memperoleh informasi masalah
nyeri kanker yang diderita dan berperan serta aktif pada kegiatan pengelolaan
yang akan dilaksanakan.
-
Memperoleh informasi mengenai
alternatif pengelolaan nyeri kanker serta memahami untung rugi yang mungkin
dialami dan bersedia memberikan persetujuan tertulis (Informed Concent).
-
Keluarga penderita berperan
sebagai penunjang pelaksanaan terapi.
-
Keluarga memerlukan
penjelasan, bimbingan, serta bantuan sehingga penderita dan keluarga dapat
bersama-sama menghadapi kenyataan dengan tenang.
4. Obat-obat
Analgesik
-
Ditentukan secara individual
-
Pada usia lanjut anak-anak
perlu disesuaikan
-
Tidak ada dosis maksimal
untuk opiat dan pemberiannya dimulai dengan cara titrasi
-
Diperlukan rawat inap untuk
stabilisasi awal hingga diketahui dan dicapai dosis efektif
-
Khusus untuk golongan opiat
bisa terjadi toleransi dan untuk ini perlu penyesuaian dosis.
No comments:
Post a Comment